14 October 2011

Posted by jinson on Friday, October 14, 2011 No comments
Kerana Allah anugerahkan rasa cinta dan kasih sayang dalam hati ibu ayah, maka jenis manusia terus kekal di atas muka bumi ini.

Kerana Cinta dan Sayang dalam diri seorang ayah, maka terbitlah perasaan kebapaan untuk memelihara, mengasihi, menyayangi dan memperhatikan kepentingan anak dan begita juga cinta dan sayang dalam diri seorang itu



Kerna kasih dan sayang seorang bapa, maka terhasillah syair yang sangat hebat dari penyair besar, Al-Ustaz Umar Baha' Al-Umairi. Ketika kelapan-lapan anaknya mengadakan perjalanan dari Al-Mushif ke Halab. Maka beliau berdiam diri membuat syair yang manis untuk dipersembahkan kepada sastera Arab.

Di mana kegaduhan merdu
Di mana kebisingan syahdu
Di mana belajar yang selalu diselingi senda gurau
Di mana masa kanak-kanak yang membara
Di mana boneka dan buah-buah yang berselerak di atas lantai
Di mana rengekan yang tak bermaksud
Di mana pengaduan yang tak bersebab
Di mana tangis dan tawa
Di mana duka dan ceria
yang bersatu dalam satu masa
Di mana perebutan untuk duduk disampingku
ketika mereka akan makan dan minum
Mereka saling berdesakan untuk disisiku
dan dekat denganku di mana saja mereka bergerak
Dengan dorongan fitrah,
mereka menghadap kepadaku
pada saat mereka takut dan senag
Ketika mereka riang,
senandung mereka adalah "Papa"
Ketika mereka marah,
ancaman mereka adalah "Papa"
Ketika mereka jauh,
bisikan mereka adalah "Papa"
Ketika mereka dekat,
ratapan mereka adalah "Papa"
Kemarin mereka memenuhi rumah kita
Sayang, sekarang mereka telah pergi
Seakan-akan kesunyian menimpakan bebannya yang berat ke dalam rumah ini
ketika mereka pergi
Sunyinya rumah ibarat tenangnya orang sakit
Seisi rumah diselimuti kesedihan dan kelelahan
Mereka telah pergi
Ya, mereka telah pergi
Namun, tempat tinggal mereka adalah hatiku
Mereka tidak jauh, tidak pula mereka dekat
Ke mana saja jiwaku berpaling
Ku selalu melihat mereka
Kadang mereka diam
Kadang mereka lompat
Di dalam benakku,
di dalam rumah yang tak pernah mengenal lelah ini,
masih kurasakan senda gurau mereka
Masih kulihat pancaran sinar mata mereka
ketika mereka berhasil
Masih kulihat linangan air mata mereka
ketika mereka gagal
Di setiap sudut rumah,
mereka tinggalkan suatu kesan,
Di setiap pojok rumah,
mereka tinggalkan kegaduhan
Aku melihat mereka,
pada kaca-kaca jendela yang mereka pecahkan
pada dinging-dinding yang mereka lubangi
pada pegangan pintu yang mereka patahkan
pada daun pintu yang mereka gambari
pada piring-piring yang sisa-sisa makanan mereka
pada bungkusan permen yang mereka lemparkan
pada belahan epal yang mereka sisakan
pada lebihan air yang mereka tumpahkan
Ke mana saja mataku memandang,
ku selalu melihat mereka
bagaikan sekumpulan burung dara yang terbang melayang
Kemarin mereka singgah di Kornail
Sekarang mereka dirangkul Halab
Air matalah yang aku tahan dengan tabah
ketika mereka bertangisan pada saat mereka pergi
Hingga ketika mereka bertolak
mereka telah merenggut jantung dari rongga dadaku
Kudapatkan diriku bagaikan seorang bocah
yang penuh dengan perasaan
air mataku jatuh tertumpah bagaikan air bah
Kaum wanita akan merasa heran
bila melihat seorang lelaki menangis
Lebih heran lagi jika aku tidak menangis
Tak selamanya tangis itu cengeng
Aku seorang bapak
Aku punya keteguhan kaum lelaki



Sumber: Pendoman Pendidikan Anak-anak dalam Islam Jilid 1-2, Dr. Abdullah Nashih Ulwan
Categories: ,

0 comments: